Kami merupakan lembaga jasa konsultan yang memiliki spesialiasi dan keahlian dalam menyediakan kapasitas maupun jasa profesional inovatif dalam mendukung dan mempromosikan pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab, melalui pendekatan Keruangan, Kewilayahan, dan Ekologi Landscap serta ditunjang dengan prinsip-prinsip scientific serta strategi komunikasi yang efektif.

Jumat, 09 Desember 2011

Citra Satelit ALOS

Satelit ALOS (Advanced Land Observing Satelite) adalah satelit milik Jepang yang merupakan satelit generasi lanjutan dari JERS-1 dan ADEOS yang dlengkapi dengan teknologi yang lebih maju, untuk memberikan kontribusi bagi dunia penginderaan jauh, terutama bidang pemetaan, pengamatan tutupan lahan secara lebih presisi dan akurat, sehingga untuk keperluan tersebut pada setelit dipasang dual frequency GPS receiver dan star tracker dengan presisi tinggi.

ALOS adalah Satelit terbesar yang dikembangkan dan diluncurkan oleh JAXA’s Tanegashima Space Center Jepang yang diluncurkan pada tanggal 24 Januari 2006 dengan menggunakan roket H-IIA. Satelit ini didesain untuk dapat beroperasi selama 3 – 5 tahun, dengan membawa 3 sensor, yaitu Panchromatic Remote Sensing Instrument for Stereo Mapping (PRISM) dengan resolusi 2,5 meter, Advanced Visible and Near Infrared Radiometer type-2 (AVNIR-2) resolusi 10 meter danPhased Array type L-band Synthetic Aperture Radar(PALSAR) resolusi 10 meter dan 100 meter. Periode kunjungan ulang (re-visiting period) dari sateli ALOS adalah 46 hari, akan tetapi untuk kepentingan pemantauan bencana alam atau kondisi darurat satelit ALOS ini mampu melakukan observasi dalam waktu 2 hari.

Sensor PRISM (Panchromatic Remote Sensing Instrument for Stereo Mapping) memiliki tiga sistem optis yang memungkinkan data dapat direkam pada saat yang bersamaan, yaitu melalui mode observasi dari arah nadir, depan (forward) dan belakang (backward). Dengan kemampuan seperti ini dimungkinkan untuk membangun data 3-D (tree dimensional terrain data) dengan tingkat akurasi yang tinggi. Teleskop observasi pada arah nadir di sensor PRISM ini memiliki lebar sapuan 70 km, sedangkan teleskop observasi arah depan dan belakang (triplet mode) masing-masing mempunyai lebar sapuan 35 km.

Sensor AVNIR-2 (Advanced Visible and Near Infrared Radiometer type-2) dilengkapi dengan kemampuan khusus yang memungkinkan satelit dapat melakukan observasi tidak hanya pada arah tegak lurus lintasan satelit , tetapi juga mode operasi dengan sudut observasi (Pointing Angle) hingga sebesar + 44o. Kemampuan itu diharapkan dapat membantu dalam pemantauan kondisi suatu area yang diinginkan. Sensor ini dapat dimanfaatkan dalam penyusunan peta penggunaan lahan atau peta vegetasi terutama dengan menggunakan band cahaya tampak (visible) dan inframerah dekat (near infrared).

Sensor PALSAR (Phased Array type L-band Synthetic Aperture Radar) merupakan pengembangan dari sensor SAR yang dibawa oleh satelit pendahulunya, JERS-1. Sensor ini merupakan sensor gelombang mikro aktif yang dapat melakukan observasi siang dan malam tanpa terpengaruh pada kondisi cuaca. Melalui salah satu mode observasinya, yaitu ScanSAR, sensor ini memungkinkan dapat melakukan pengamatan permukaan bumi dengan cakupan area yang cukup luas, yaitu 250 – 350 km.

Sumber : NASDA, LAPAN

Tidak ada komentar: